Bidang Tinjauan Setelah Implementasi

Bidang Tinjauan Setelah Implementasi
Faktor Sistem :
1. Faktor kelayakan TELOS
2. Faktor strategik PDM
3. Faktor rancangan MURRE

Komponen Rancangan sistem :
Output, Input, Proses, Database, Kendali, Platform Teknologi

Estimasi :
Waktu, biaya, manfaat

Tingkat Dukungan :
Sumber daya tersedia, manajemen puncak, pelatihan

Konversi Sistem Baru

Proses pengubahan dari sistem lama ke sistem baru
Kompleksitas dalam pengconversian tergantung pada beberapa faktor al : Jenis PL, Database, Perangkat H/W, Kendali, Jaringan, prosedur.
Metode :
• Konversi langsung
• Konversi Paralel
• Konversi phase-in
• Konversi Pilot

Konversi Langsung
Baik jika :
• Sistem baru tidak mengganti sistem lama
• Sistem lama sepenuhnya tidak bernilai
• Sistem baru bersifat kecil/sederhana
• Rancangan sistem baru sangat berbeda dari sistem lama

Konversi Paralel
• Memberikan derajat proteksi yang tinggi dari kegagalan sistem baru
• Biaya yang dibutuhkan cukup besar

Konversi Phase-In
• Sistem baru diimplementasi beberapa kali, sedikit demi sedikit untuk menggantikan sistem yang lama
• Sistem harus disegmentasi
• Perlu biaya tambahan untuk mengembangkan interface temporer dengan sistem lama.
• Daya terapnya terbatas, proses implementasi membutuhkan waktu yang panjang

Konversi Pilot
• Perlunya segmentasi organisasi
• Resiko lebih rendah dibandingkan metode konversi langsung
• Biaya lebih rendah dibandingkan metode paralel
• Cocok digunakan apabila adanya perubahan prosedur, H/W dan S/W

Mengconversi File Data
Keberhasilan konfersi sistem sangat tergantung pada seberapa jauh profesional sistem menyiapkan pengkonversian file data yang diperlukan untuk sistem baru”

Konversi/Modifikasi meliputi :
• Format File
• Isi File
• Media Penyimpanan

Metode Dasar Konversi File :
• Konversi File Total
• Konversi File Gradual
• Konversi File Total dapat digunakan pada ke 4 metode konversi sistem
• Konversi File Gradual terutama digunakan pada metode paralel dan phase-in

Konfersi file Gradual :
• Selama konversi file perlu diperhatikan prosedur kendali untuk memastikan integrasi data.
• Prosedur kendali untuk masing-masing klasifikasi file berbeda.

Klasifikasi File :
• File Master
• File Transaksi
• File Index
• File tabel
• File backup

Konfersi file Gradual :
• Suatu Transaksi diterima dan dimasukan ke dalam sistem
• Program mencari file master baru untuk record yang akan diupdate oleh transaksi tsb, jika record tersebut ada maka pengupdatetan record selesai.
• Jika record tidak ditemukan dalam file master baru, file master lama diakses untuk record yang tepat dan ditambahkan pada file master baru dan diupdate.
• Jika Transaksi untuk record baru, record baru disiapkan dan ditambahkan ke file master baru.

Rencana Implementasi Sistem

Rencana Implementasi
Adalah formulasi rinci dan representasi grafik mengenai cara pencapaian implementasi sistem yang akan dilaksanakan (Tergantung pada Kompleksitas proyek)

Team Implementasi :
a. Profesional sistem yang merancang system
b. Para manajer dan beberapa staff
c. Perwakilan Vendor
d. Pemakai Primer
e. Pengcode
f. Teknisi

Bagian Pokok Implementasi Diperlukan :
a. Persiapan tempat
b. Pelatihan personil
c. Persiapan/pembuatan dokumentasi
d. Konversi file & system
e. Peninjauan Pasca Implementasi
Implementasi sistem ini berkaitan erat dengan sistem yang saya ambil pada posting sebelumnnya, yaitu implementasi sistem suatu poliklinik. Namun pada posting ini saya khusus membahas tentang Persiapan Tempat dan Pelatihan Personel saja. ‘Poliklinik Sehat’ sedang mengadakan pelatihan khusus untuk menginput data para pasien yang bertujuan untuk memudahkan kerja para pegawainya dalam penginputan data para pasien dan juga agar tidak terjadi antrean yang panjang dalam poliklinik. Poliklinik berniat memaksimalkan peran komputer (komputerisasi) dalam segala hal agar para pegawai poliklinik sehat tidak perlu mencatat secara manual data para pasiennya.
Dapat kita jelaskan implementasi sistem yang merupakan tahap akhir dalam siklus hidup pengembangan sistem (SDLC). Hal-hal pokok yang harus disediakan sebelum implementasi adalah :

A. Persiapan Tempat
1. Perencanaan Fisik:
tata letak (layout) dipersiapkan untuk menunjang perangkat lunak untuk pengelolaan data pelatihan adalah ruangan yang mampu untuk melancarkan sistem komputerisasi para admin dan user di dalam poliklinik. Poliklinik hanya membutuhkan sekitar 1 atau 2 server komputer yang akan dipakai oleh admin, ditempatkan sedekat mungkin dengan ruang pendaftaran (dekat pintu masuk), agar dapat memudahkan para pasien dalam hal pendaftaran.
2. Fasilitas
Fasilitas yang diperlukan dalam untuk menunjang sistem ini adalah
• komputer server, digunakan untuk menyimpan dan memasukkan data para pasien
• Printer, digunakan untuk mencetak kartu para pasien
• AC, selain berfungsi untuk menyamankan para pasien, AC juga digunakan untuk mendinginkan computer server agar tidak cepat panas
• meja pendaftaran, digunakan untuk mendaftar
• rak penyimpanan berkas para pasien, digunakan untuk menyimpan arsip para pasien
• telepon, digunakan untuk menerima pendaftaran via telepon.
Untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan personel serta memudahkan penerimaan mereka terhadap sistem baru.

B. Pelatihan Personel
Pelatihan personel ini dilakukan untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan personel serta memudahkan penerimaan mereka terhadap sistem baru.
Tiga kelompok yang diberi pelatihan antara lain:
a. Personel teknis
Yang dimaksud dengan personel teknis disini adalah, orang – orang yang berkewajiban menjalankan sistem, mengoperasikan dan memelihara sistem yang baru. Mereka dianggap perlu menjalani pelatihan ini agar mereka dapat mengoperasikan, memelihara dan menjalankan sistem yang baru. Supaya sistem perangkat lunak untuk pengelolaan data pelatihan ini dapat berjana dengan baik dan aman. Bila ada kerusakan dalam sistem dapat langsung diperbaiki sehingga tidak mengganggu berjalannya sistem perangkat lunak untuk pengelolaan data pelatihan ini.
b. Pegawai
pegawai adalah orang yang berinteraksi langsung dengan sistem yaitu administrator
Program Pelatihan
Pelatihan bisa secara tutorial atau kelas meliputi :
1. Pelatihan in-house (sewa kelola / di tempat).
2. Pelatihan yang disediakan vendor.
3. Pelatihan dari jasa luar.
Poliklinik sehat menggunakan tipe pelatihan in-house pada sistem perangkat lunak untuk pengelolaan data. Karena pihak poliklinik tidak mendatangkan
a. “Tidak ada sistem yang bekerja secara memuaskan jika para pemakai dan orang lain yang berinteraksi dengan sistem tersebut tidak dilatih secara benar”
b. “Pelatihan Personil tidak hanya meningkatkan keahlian/ketrampilan pemakai, namun juga memudahkan penerimaan mereka terhadap sistem baru”

Yang perlu diberi pelatihan :
a. Personel teknis yang akan mengoperasikan dan memelihara sistem tsb.
b. Berbagai pekerja dan supervisor yang akan berinteraksi langsung dengan sistem untuk mengerjakan tugas dan membuat keputusan
c. Manajer Umum
d. (Pihak luar yang berinteraksi dengan sistem)
Pelatihan meningkatkan kepercayaan diri, meminimisasi kerusakan, kesalahan pada tahap awal operasi :

Cakupan pelatihan :
• Tutorial, mengajarkan cara menjalankan sampai pelatihan untuk mengajarkan pokok-pokok sistem baru.
Program Pelatihan :
• Pelatihan In house
• Pelatihan yang disediakan oleh vendor
• Jasa pelatihan luar
Teknik dan Alat bantu pelatihan :
• Teleconferencing
• Perangkat lunak pelatihan interaktif
• Pelatihan dengan instruktur
• Pelatihan magang
• Manual prosedur
• Buku teks
Perangkat lunak pelatihan interaktif :
• CBT (Computer-Based Training)
• ABT (Audio-Based Training)
• VBT (Video-Based Training)
• VOD (Video-Optical Disk)

Persiapan Kandang Ayam Ras Petelur

Sebelum memulai pemeliharaan ayam, ada tahapan penting yang harus dilakukan oleh peternak persiapan kandang, meliputi:
  1. Pencucian Kandang

Setelah ayam ditransfer (pullet) kandang harus dibersihkan. Semua kotoran dikeluarkan jauh dari lingkungan kandang. Demikian pula keluarkan seluruh peralatan di dalam kandang. Semprot dengan insektisida, kemudian desinfeksi. Cuci semua bagian kandang dengan detergen (100 gram/100 liter air) dan gunakan mesin semprot bertekanan tinggi.

Lakukan pengapuran kandang (10 kg kapur hidup dan 20 kg ammonium sulfat) pada permukaan lantai seluas 100 m2. Tebarkan secara merata dan semprot dengan 100 liter air pada permukaannya. Kemudian tutup tirai kandang dan semprot dengan formalin (10%).

Masukkan litter (alas kandang) yang telah disanitasi (dosis 10% formalin) dan sebarkan merata. Penyebaran litter minimal ketebalannya 5 – 8 cm. jika litter dari serutan kayu, gunakan 3 – 5 kg/ m2, sedangkan jika menggunakan sekam padi 2,5 – 4 kg/ m2.

  1. Pencucian Peralatan

Setelah peralatan dikeluarkan dari kandang, cuci dengan detergen dan rendam dengan air desinfektan (ucarsan/bromoquad/iodosept). Kemudian peralatan diangkat dan biarkan kering. Setelah peralatan bersih dan kering, simpan di gudang peralatan. Lakukan fumigasi pada peralatan kandang. Cuci pula tempat penampungan air dan bersihkan instalasi air minum.

Sebelum dilakukan penyebaran sekam, lakukan sanitasi dengan dosis 10% formalin (1:9) dan sebar merata ke seluruh bagian kandang.

  1. Pemasangan Tirai

Setelah kandang bersih dan litter telah disebar merata, pasang tirai dalam dan luar. Lakukan penyemprotan dengan desinfektan (formalin 10%) ke seluruh bagian kandang.

Setelah kandang bersih, masukkan peralatan dan pasang tempat minum, baki DOC (bibit ayam) dan gasolek (pemanas). Tiga hari sebelum DOC masuk, semprot kembali dengan formalin 10%.

Periode Brooding

  1. Tujuan Brooding

Tujuannya adalah untuk menyediakan lingkungan yang nyaman dan sehat secara efisien dan ekonomis bagi anak ayam, untuk pertumbuhan optimal.

Periode brooding sangat memerlukan ketersediaan panas yang cukup pada minggu pertama. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:

  • Temperatur lantai kandang/litter.
  • Perhatikan kondisi litter agar selalu kering (tidak basah/mengumpal).
  • Pemberian apkan 5 – 8 kali/hari (pakan dan minum tersedia setiap saat).
  • Berikan air minum ditambahkan dengan gula (1%).
  • Pastikan minimal 95% dari populasi DOC temboloknya telah terisi pakan.
  • Perhatikan intensitas dan distribusi cahaya.

Pada periode ini terjadi perkembangan sistem kekebalan tubuh dan gastrointestinal yang cepat. Oleh karena itu, periode ini sangat menentukan performance akhir.

  1. Persiapan Brooding

Sebelum anak ayam tiba, ada hal yang sangat penting yang sering diabaikan peternak, yaitu menempatkan letak pemanas yang sesuai disertai dengan peralatan yanag memadai untuk bisa memberikan kenyamanan bagi anak ayam. Untuk daerah dengan temperatur brooding pada malam hari tidak tercapai, disarankan menambah tirai dalam.

  1. Proses Penerimaan DOC

Saat DOC datang, control segel box DOC. Kemudian periksa total DOC dengan disaksikan si pengirim. Periksa pula kondisi dan jumlah DOC tiap-tiap box. Timbang beberapa DOC (sampel ± 10% dari populasi) dan segera tempatkan DOC dalam brooder. Isi dokumen pengiriman dari hatchery (penetasan).

Pemanasan

Hangatkan kandang secara merata pada suhu 33oC, 6 – 8 jam sebelum DOC dating (perhatikan kondisi lingkungan)

sumber : teknik berternak

Pelatihan dan Pengembangan personil SDM Industri

Untuk meningkatkan kualitas dan daya saing perusahaan yang perlu dibenahi adalah manusianya. Hal ini dapat dilakukan dengan dengan membangun basic mentality SDMnya sehingga berkembang kesadaran mutu di setiap lapisan karyawan dari manajemen puncak hingga karyawan tingkat bawah. Basic mentality adalah suatu sikap mental yang mendasari cara berfikir, cara bersikap dan cara bertindak dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari selaras dengan nilai-nilai perusahaan (Budi Santosa, 2004).Untuk pengembangan basic mentality demi terwujudnya budaya kerja maka peran HRD perlu dioptimalkan. Pengembangan basic mentality dapat dilakukan melalui program pelatihan dan pengembangan karyawan. Seperti yang diungkapkan oleh Pheter Sheal (2003 :29) bahwa ada 4 alasan utama mengapa program pelatihan dan pengembangan staff menjadi semakin penting:

  1. Perubahan-perubahan yang cepat dalam teknologi serta tugas-tugas yang diakukan oleh orang-orang
  2. Kurangnya ketrampilan-keterampilan langsung dan keterampilan jangka panjang
  3. Perubahan-perubahan dalam harapan-harapan dan komposisi angkatan kerja
  4. Kompetensi dan tekanan-tekanan pasar demi peningkatan-peningkatan dalam kualitas produk-produk maupun jasa-jasa.

Kalangan industri seringkali mengeluhkan kualitas SDM yang dihasilkan oleh dunia pendidikan di Indonesia. Dunia pendidikan sebagai bagian dari sistem rantai pasok (suply chain) untuk memenuhi SDM di industri masih terasa ada gap yang dalam antara kompetensi yang dihasilkan oleh dunia pendidikan dengan standar kompetensi industri. Kondisi ini membuat industri-industri besar dengan modal kuat bahkan mendirikan lembaga pendidikan sendiri seperti Texmaco group membangun STT (Seklah Tingi texmaco) dan SMK Texmaco, Astra group memilikib Politeknik Astra sedangkan PT. Apac Inti Corpora membangun Griya Pelatihan Apac (Gripac) sebagai pusat pelatihan dan pengembangan karyawan yang dimilikinya dan menjadikannya sebagai bagian dari suply chain SDMnya. Kondisi ini mengindikasikan bahwa pelatihan dan pengembangan SDM di Industri perlu dikelola secara profesional.

Beberapa pendekatan pelatihan dan pengembangan SDM yang dilakukan di Industri antara lain :

1. Pelatihan di tempat kerja (on the job tarining)

2. Pelatihan di luar tempat kerja (off the job training)

3. Studi lanjut

4. Sosialisasi

Yang perlu diingat adalah program pendidikan dan pelatihan karyawan harus dilakukan dengan perencanaan yang baik. Perlu dilakukan analisis kebutuha pendidikan dan pelatihan bagi karyawan sebelum memutuskan untuk mengadakan pelatihan. Mengingat bahwa program diklat pada dasarnya diselenggarakan sebagai sarana untuk menghilangkan atau setidaknya mengurangi gap (kesenjangan) antara kompetensi yang ada saat ini dengan kompetensi standard atau yang diharapkan untuk dilakukan oleh seseorang, maka dalam hal ini analisis kebutuhan diklat merupakan alat untuk mengidentifikasi gap-gap yang ada tersebut dan melakukan analisis apakah gap-gap tersebut dapat dikurangi atau dihilangkan melalui suatu program diklat. Seperti yang diungkapakan Johanes popu (2002) bahwa tanpa analisis kebutuhan yang sungguh-sungguh maka dapat dipastikan bahwa program pelatihan yang dirancang hanya akan berlangsung sukses di ruang kelas atau tempat pelaksanaan pelatihan semata. Artinya pelaksanaan pelatihan mungkin berjalan dengan sangat baik, tetapi pada saat partisipan (peserta pelatihan) kembali ke tempat kerja masing-masing mereka menjadi tidak tahu atau bingung bagaimana menerapkan apa yang telah mereka pelajari dari pelatihan. Analisis kebutuhan pelatihan memiliki beberapa tujuan, diantaranya adalah:

· Memastikan bahwa pelatihan memang merupakan salah satu solusi untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja pegawai dan produktivitas perusahaan

· Memastikan bahwa para partisipan yang mengikuti pelatihan benar-benar orang-orang yang tepat

· Memastikan bahwa pengetahuan dan ketrampilan yang diajarkan selama pelatihan benar-benar sesuai dengan elemen-elemen kerja yang dituntut dalam suatu jabatan tertentu

· Mengidentifikasi bahwa jenis pelatihan dan metode yang dipilih sesuai dengan tema atau materi pelatihan

· Memastikan bahwa penurunan kinerja/kurangnya kompetensi atau pun masalah yang ada adalah disebabkan karena kurangnya pengetahuan, ketrampilan dan sikap-sikap kerja; bukan oleh alasan-alasan lain yang tidak bisa diselesaikan melalui pelatihan memperhitungkan untung-ruginya melaksanakan pelatihan mengingat bahwa sebuah pelatihan pasti membutuhkan sejumlah dana.

(Johanes Popu, 2002: www.e-psikologi.com,)

Tak bisa dipungkiri sistem kompensasi dan pola karier di suatu perusahaan menjadi alasan utama seseorang untuk bertahan sebagai bagian dari perusahaan itu. Pola karir dan sistem kompensasi sebagai bagian dari upaya memotivasi karyawan harus mampu dikelola oleh HRD secara efektif. Motivasi berdasar hirarkis kebutuhan yang diungkapkan oleh Abraham Maslow yang meliputi kebutuhan fisiologis dasar, rasa aman, dicintai dan disayang, dihargai dan aktualisasi diri perlu diperhatikan dalam mengembangkan, meningkatkan dan memepertahankan karyawan. Menyeimbangkan antara kebutuhan dan harapan perusahaan dengan kebutuhan dan harapan karyawan sesuai dengan kontribusi terhadap perusahaan memang bukan pekejaan yang mudah. Para pemegang kebijakan di HRD dituntut untuk semakin proaktif untuk menciptakan lingkungan kerja yang kondusif, menghargai kreativitas karyawan, mendengar aspirasi karyawan dan membuat program pengembangan dan peningkatan motivasi bagi karyawan dari waktu ke waktu melalui fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia. Daya saing perusahaan dan standar kualtas akan tercapai jika dilandasi kesadaran mutu seluruh lapisan karyawan. Kesadaran mutu akan tercapai jika HRD mampu membangun image perusahaan di mata karyawan

sumber : google.com

Perencanaan dan Tataletak Ruang di Instalasi Radiologi Menggunakan Designer Suite 6.0

A.Pendahuluan

Instalasi Radiologi adalah salah satu instalasi penunjang medis di suatu rumah sakit. Keberadaan instalasi radiologi ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam membantu menegakkan diagnosa. Selain ketersediaan prasarana dan peralatan penunjang diagnostik yang memadai, tata letak ruangan di instalasi radiologi merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan demi kelancaran dan efektifnya suatu pelayanan.

Dalam perencanaan dan pengembangan tata ruang instalasi radiologi di suatu rumah sakit, biasanya kedua hal tersebut , proses pengerjaannya dilakukan oleh seorang arsitek yang telah ditunjuk oleh pihak rumah sakit. Karena seorang arsitek tidak memiliki latar belakang ilmu radiologi, kadang-kadang hasil pengerjaan dari tata letak ruangan tersebut belum sesuai dengan standar ruang radiologi yang kita inginkan., misalnya tata letak ruang kamar gelap yang terlalu jauh dari kamar pemeriksaan, lebar pintu kamar pemeriksaan yang terlalu sempit, penempatan wastafel yang tidak sesuai, dsb.

Memang dalam proses perencanaan dan pengembangan tata letak ruangan di instalasi radiologi, pihak manajemen rumah sakit biasanya meminta saran kepada kita tentang tata letak ruangan yang sesuai dengan standar ruang radiologi. Namun jika kita dapat mempresentasikan dengan lebih detail disertai gambaran 3D tentang tata letak ruangan di instalasi radiologi seperti penempatan meja pemeriksaan, meja control, dan assesoris ruangan lainnya, tentu ini akan lebih memudahkan kita dalam mengkomunikasikan hal tersebut pada pihak manajemen rumah sakit, sehingga ketidaksesuaian pada hasil akhir pengerjaan pengembangan di instalasi radiologi dapat diatasi. Aplikasi program Home Designer Suite 6.0 adalah aplikasi program yang dikembangkan oleh perusahaan Broderband Amerika Serikat. Aplikasi program ini secara khusus didesain menganut teknologi virtual building yang dengan cepat membantu mewujudkan ide desain kita kedalam bentuk 3D. Keunggulan nyata dari perangkat lunak ini adalah selain kemampuan membuat gambar kerja (technical drawing) 2D untuk pedoman pelaksanaan pekerjaan lapangan, Aplikasi program ini juga dapat mencitrakan gambar perspektif virtual 3D berdasarkan gambar kerja yang telah kita buat.

Dalam perkembangannya aplikasi program ini dapat dipergunakan untuk perencanaan desain interior seperti tata letak ruangan, maupun desain eksterior seperti perencanaan taman bermain. Aplikasi program ini memiliki dua fungsi utama yaitu merencanakan sebuah desain bangunan berdasarkan denah atau gambar kerja 2D, dan fungsi pengembangan berdasarkan tata letak sebuah bangunan yang sudah ada, misalnya desain rumah tumbuh, merubah tata ruang interior, dll. Dalam makalah ini penulis akan lebih banyak membahas fungsi Aplikasi Home Designer Suite 6.0 untuk pengembangan tata ruang interior di instalasi radiologi.

B. Persiapan Manual

Sebelum kita menginjak pada pembahasan Aplikasi Program Home Designer Suite 6.0 untuk pengembangan tata letak ruangan di Instalasi Radiologi, ada beberapa persiapan manual yang perlu kita lakukan yaitu :
1. Mempersiapkan denah ruang instalasi radiologi.
2. Mengukur dimensi peralatan-peralatan radiologi, furniture, dan assesoris ruangan
3. Menentukan jarak peralatan-peralatan radiologi, furniture, dan assesoris terhadap letak bangunan atau ruang radiologi.
4. Memindahkan semua data manual yang sudah kita dapatkan menjadi sebuah gambar kerja.

C. Spesifikasi Komputer yang diperlukan

Pembahasan berikut akan memberikan gambaran pada kita tentang persyaratan spesifikasi hardware (perangkat keras komputer) dan sistim operasi yang harus dipenuhi untuk menjalankan Aplikasi Program Home Designer Suite 6.0.

Adapun spesifikasi komputer yang diperlukan adalah sebagai berikut :
1. Sistem operasi yang diperlukan adalah Microsoft Windows XP Professional.
2. Processor Intel Pentiun 4 dengen kecepatan prossesor minimal 2 Ghz.
3. RAM (memory) sebesar 512 megabyte.
4. Ruang kosong hard disk sebesar 500 megabyte.
5. Resolusi monitor 1024 x 768 pixel.
6. VGA Card atau kartu grafis dengan memory 64 megabyte.
7. CD-ROM atau DVD-ROM Drives untuk proses instalasi program.

Beberapa kegunaan Aplikasi Home Designer Suite 6.0

Setelah penulis mendalami Aplikasi Home Designer Suite 6.0, ada beberapa kelebihan dari aplikasi tersebut dalam perencanaan dan pengembangan tata letak ruangan di instalasi radiologi, diantaranya :
1. Jika Instalasi Radiologi suatu rumah sakit mendapatkan penawaran peralatan baru oleh suatu supplier peralatan x-ray disertai brosur dan dimensi peralatan x-ray yang ditawarkan, aplikasi program Home Designer Suite 6.0 dapat membantu dalam pemilihan ukuran pesawat x-ray yang sesuai dengan ruangan yang tersedia.
2. Aplikasi program Home Designer Suite 6.0 dapat mencitrakan tampilan 3D perencanaan tata letak ruangan baru di Instalasi Radiologi secara detail, hingga tata letak, maupun ukuran furniture, dan assesoris yang sesuai dengan ruangan yang akan dibangun.
3. Aplikasi program Home Designer Suite 6.0 memudahkan kita dalam mengkomunikasikan perencanaan dan pengembangan tata letak ruangan di instalasi radiologi pada pihak managemen rumah sakit
4. Aplikasi program Home Designer Suite 6.0 membantu kita dalam perencanaan penempatan asessoris baru pada ruangan di instalasi radiologi, contoh : penempatan meja emergency pada pemerikaan kontras, penempatan alat Computer Radiography baru, dsb
5. Tampilan gambar kerja dan tampilan virtual 3D dari Aplikasi program Home Designer Suite 6.0 dapat diolah oleh aplikasi program designer lainnya seperti Adobe Photoshop,Coreldraw dan Google Sketchup.

siklus hidup pengembangan sistem (SDLC)

Sistem Informasi adalah suatu sinergi antara data, mesin pengolah data (yang biasanya meliputi komputer, program aplikasi dan jaringan) dan manusia untuk menghasilkan informasi. Jadi sistem informasi bukan hanya aplikasi perangkat lunak. Sistem Informasi ada pada hampir setiap perusahaan atau instansi untuk mendukung kegiatan bisnis mereka sehari-hari. Biasanya porsi pengerjaan pengembangan sistem informasi diserahkan kepada orang-orang yang bekerja di bidang Teknologi Informasi.

Dalam membangun suatu sistem informasi (dalam hal ini lebih mengacu kepada pengertian aplikasi perangkat lunak) digunakan metode Siklus Hidup Pengembangan Sistem (System Development Life Cycle atau SDLC). SDLC terdiri dari sejumlah tahapan yang dilaksanakan secara berurutan. Secara umum tahapan dari SDLC adalah sebagai berikut:
  1. Pengumpulan data (data gathering)
    Jika sudah ada sistem yang berjalan sebelumnya maka perlu dilakukan pengumpulan data dan informasi yang dihasilkan dari sistem yang ada. Pengumpulan laporan (report), cetakan (print-out), dsb baik yang sudah ada maupun yang diharapkan untuk ada pada sistem yang baru. Interview dan questionnaire terhadap orang-orang yang terlibat dalam sistem juga mungkin perlu dilakukan. Apabila sistem yang akan dikembangkan benar-benar baru (belum ada sistem informasi sebelumnya) maka pada tahapan ini pengembang bisa lebih menekankan kepada studi kelayakan dan definisi sistem.
  2. Analisa Sistem
    Jika tahapan pengumpulan data dilakukan dengan melibatkan klien atau pengguna sistem informasi, maka mulai dari tahapan analisa lebih banyak dilakukan oleh pihak pengembang sendiri. Analisa terhadap sistem yang sedang berjalan dan sistem yang akan dikembangkan. Mendefinisikan objek-objek yang terlibat dalam sistem dan batasan sistem.
  3. Perancangan Sistem (design)
    Merancang alir kerja (workflow) dari sistem dalam bentuk diagram alir (flowchart) atau Data Flow Diagram (DFD). Merancang basis data (database) dalam bentuk Entity Relationship Diagram (ERD) bisa juga sekalian membuat basis data secara fisik. Merancang input ouput aplikasi (interface) dan menentukan form-form dari setiap modul yang ada. Merancang arsitektur aplikasi dan jika diperlukan menentukan juga kerangka kerja (framework) aplikasi. Pada tahapan ini atau sebelumnya sudah ditentukan teknologi dan tools yang akan digunakan baik selama tahap pengembangan (development) maupun pada saat implementasi (deployment).
  4. Penulisan kode program (Coding)
    Programming (desktop application) atau Scripting (web-based application) hanyalah salah satu tahapan dari siklus hidup pengembangan sistem. Tahapan ini dilakukan oleh satu atau lebih programmer. Jika tahapan analisa dan perancangan sistem telah dilakukan dengan baik, maka porsi tahapan coding tidaklah besar.
  5. Testing
    Biasanya tahapan ini dilakukan oleh Quality Assurance dari pihak pengembang untuk memastikan bahwa software yang dibangun telah berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu metodenya bisa dengan menginput sejumlah data pada sistem baru dan membandingkan hasilnya dengan sistem lama. Apabila diperlukan maka tahapan ini bisa dibagi menjadi dua yaitu testing oleh pihak pengembang (alpha testing) dan testing oleh pihak pengguna (beta testing).
  6. Instalasi
    Pada pengembangan aplikasi Client-Server, umumnya terdapat server untuk development, testing dan production. Server development berada di tempat pengembang dan dipergunakan selama pengembangan dan bisa juga setelahnya untuk perbaikan aplikasi secara terus menerus (continuous improvements). Server testing berada di tempat pengembang dan bisa juga di tempat pengguna apabila diperlukan beta testing. Setelah aplikasi dirasa siap untuk dipergunakan maka digunakanlah server production yang berada di tempat pengguna. Pada prakteknya di tempat pengembang juga bisa terdapat server production yaitu server yang memiliki spesifikasi hardware dan software yang sama dengan server di tempat pengguna. Hal ini dimaksudkan agar apabila ditemukan error atau bug pada aplikasi di tempat pengguna maka pengembang dapat mudah mencari penyebabnya pada server production mereka.
  7. Pelatihan
    Pihak pengembang memberikan training bagi para pengguna program aplikasi sistem informasi ini. Apabila sebelumnya tidak dilakukan beta testing maka pada tahapan ini juga bisa dilangsungkan User Acceptance Test.
  8. Pemeliharaan
    Maintenance bertujuan untuk memastikan bahwa sistem yang digunakan oleh pihak pengguna benar-benar telah stabil dan terbebas dari error dan bug. Pemeliharaan ini biasanya berkaitan dengan masa garansi yang diberikan oleh pihak pengembang sesuai dengan perjanjian dengan pihak pengguna. Lamanya waktu pemeliharaan sangat bervariasi. Namun pada umumnya sistem informasi yang kompleks membutuhkan masa pemeliharaan dari enam bulan hingga seumur hidup program aplikasi.

Secara teori inilah siklus hidup pengembangan sistem. Namun pada prakteknya hal ini tidaklah selalu mulus untuk dilaksanakan. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengembangan sistem informasi. Terutama adalah pada faktor manusia yang terlibat. Dari pihak pengembang, kurangnya keahlian dan pengalaman bisa menyebabkan kesalahan dalam satu tahapan sehingga menyebabkan siklus ini harus diulangi dari tahapan yang salah. Bisa terjadi bahwa siklus ini dilakukan sampai berulang-ulang.

Dari pihak pengguna, idealnya perlu bersama-sama dengan pihak pengembang untuk memahami sistem informasi mulai dari awal siklus hidup pengembangan sistem. Namun yang sering terjadi pihak pengguna menyerahkan semuanya kepada pihak pengembang sehingga pada saat implementasi (testing atau training) pihak pengguna tidak menyetujui (menolak) sebagian atau seluruh rancangan dari sistem yang telah selesai dibangun oleh pihak pengembang.

Apabila perlu dilakukan revisi dan pengulangan tahapan siklus hidup pengembangan sistem tentu saja akan menambah beban biaya, tenaga dan waktu dari kedua belah pihak. Hal-hal seperti inilah yang menyebabkan banyak proyek pengembangan sistem informasi gagal atau berhenti di tengah jalan.

sumber : komputeron